Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 




SAPARINAWATI
SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU
KAB. DELI SERDANG PROV. SUMATERA UTARA


AKSI NYATA  MURID KELAS 9 YANG MAU PUTUS SEKOLAH

1. Peristiwa (Fact)

Dalam pembelajaran daring seperti sekarang ini intensitas pertmuan dengan murid menjadi sangat jarang, interaksi dilakukan melalui whatsApp (WA), terkadang secara virtual dan kalau keadaannya sudah melanggar aturan pembelajaran (kesepakatan kelas daring) maka dilakukan kunjungan ke rumah murid untuk mengetahui keadaannya serta berkoordinasi dengan orang tua tentang situasi belajar murid. Dalam aksi nyata kali ini, saya menghadapi kasus murid kelas 9 yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya, padahal sebentar lagi akan lulus. Sejak semester genap (Januari 2021) murid tersebut tidak pernah mengerjakan tugas ataupun kegatan belajar lainnya. Saya mencoba untuk meneleponnya dengan tujuan engadakan coaching dengan murid akan tetapi nomornya sudah tidak aktif lagi. Selanjutnya saya menghubungi guru Bimbingan Konseling (BK) untuk mendiskusikan tindakanan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi agar murid tersebut tidak putus sekolah. Setelah berkoordinasi dengan rekan guru lain akhirnya kami putuskan untuk mengunjunginya. Kami berusaha untuk membujuknya agar melanjutkan pelajarannya yang tinggal sebulan lagi dan juga bekerja sama dengan orang tuanya agar si anak mau melanjutkan pelajarannya. Murid tersebut rupanya lebih memilih untuk bekerja di pembibitan mangga (kamu mengunjungi tempatnya bekerja). 

 Alasan melakukan Aksi nyata Tersebut

Semakin rendahnya minat belajar murid pada masa pandemi ini, karena pembelajaran dilaksanakan secara daring (online) membuat murid rentan untuk putus sekolah terutama yang berada di pedesaan seperti kasus murid tersebut di atas. Kasus putus sekolah di Indonesia cukup tinggi sehingga perlu kepedulian kita untuk ikut serta mengatasinya. Karena pembelajaran tidak dengan tatap muka, murid merasa tidak perlu serius untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan anggapan nanti naik kelas juga, atau ada yang beranggapan lebih baik membantu orang tua bekerja mencari nafkah. Situasi lingkungan yang tidak mendukung dalam kegiatan pembelajaran secara darig berperan besar membuat murid enggan untuk belajar dan mengerjkan tugas - tugas yang diberikan. Itulah salah satu alasan saya melakukan aksi ini.

Hasil Aksi Nyata Yang Dilakukan
Ternyata aksi atau tindakan yang kami lakukan dengan guru BK untuk menyelamatkan murid dari kasus putus sekolah tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Walaupun berbagai cara kami lakukan, tetap tidak bisa mengubah keputusan murid tersbut untuk lebih memilih bekerja daripada menyelesaikan pendidikannya. Memang faktor ekonomi menjadi alasannya untuk lebih memilih bekerja di pembibita mangga, padahal tinggal satu bulan lagi dia sudah bisa menyelesaikan pendidikan SMP.

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ketika dan seduah menjalankan aksi nya
Hal pertama yang ingin saya lakukan adalah coaching dengan murid tersebut, tetapi situasinya tidak memungkinkan untuk melaksanakannya karena saya baru bisa menjumpainya di tempatnya bekerja di kebun pembibitan mangga dan murid tersebut juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran kami. Pembicaraanpun hanya sekitar bagaimana keadaannya dan bujukan serta nasehat dari kami. Saya merasa kecewa ketika saya memintanya untuk datang ke sekolah esok harinya dan ditolak. Disamping itu orang tua juga kurang mendukung, dan saya mengerti karena alasan ekonomi. Tanpa dukungan dari orang tua, bagaimanapun usaha yang dilakukan guru untuk menyelamatkan pendidikan muridnya, itu akan sia - sia. kepada orangtuanya saya berusaha mengubah paradigma jangka pendek yang  digunakannya dengan paradigma jangka panjang dengan memberikan pertimbangan - pertimbangan yang masuk akal sebelum mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya.
Dan yang saya sesali adalah saya tidak ada kesempatan untuk melaksanakan coaching dengan murid tersebut. Mungkin dengan coaching saya bisa menggali potensi yang dimilikinya dan memberi solusi yang tepat dari permasalahan yang dihadapinya.

3. Pembelajaran (Finding)

Tidak dapat dipungkiri, akibat pandemi COVID 19 yang mengakibatkan sekolah - sekolah ditutup dan pembelajarn dilakukan online (daring) membawa dampak negatif yang cukup signifikan dalam perkembangan pembelajarn murid.  Mungkin di sekolah lain pembelajaran daring tidak begitu membawa permasalahan, tetapi bagi kami yang mayoritas muridnya tinggal di desa dan rata -rata orang tuanya karyawan perkebunan dan juga kuli batu bata menimbulkan berbagai permasalahan. Coaching merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan murid yang kemungkinan besar membawa dampak yang positif, tetapi karena masih dalam masa pandemi, sulit untuk melaksanakannya. Sebagai pemimpin pembelajaran saya merasa  terpanggil untuk ikut berkontribusi menyelesaikan permasalahan - permasalahan yang dihadapi murid dengn menerapkan nilai - nilai baik yang saya peroleh dari pendidikan guru penggerak agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan bertanggungjawab. Bukan hanya murid, guru juga akan saya bantu untuk dapat membuat keputusan yang bertanggungjawab dengan meningkatkan  kolaborasi yang baik dan dukungan dari kepala sekolah.

4. Penerapan ke depan (Future)

Renacana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
Guru dan pihak sekolah lebih handaknya lebih cepat merespon setiap permasalahan yang dihadapi murid maupun guru, terutama pada saat pembelajaran daring sehingga bisa diambil tindakan cepat sebelum keadaan menjadi parah apalagi sampai murid mengalami  putus sekolah. Dengan tindakan yang cepat dan tepat dan kerjasama yang baik antara guru dengan  murid, guru dengan guru dan guru dengan kepala sekolah serta pihak - pihak yang berkepentingan, permasalahan - permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran dapat diselesaikan dengan baik. Pengambilan keputusan atas setiap permasalahan yang timbil untuk kedepannya diselesaikan dengan tidak merugikan pihak manapun. Setiap pemgambilan keuputusan hendaknya menerapkan 9 langkah - langkah pengambilan keputusan dan menganalisis paradigma yang ada serta dapat sesuai dengan prinsip - prinsip pengambilan keputusan.



Menjumpai murid yang bermasalah di kebun tempatnya bekerja bersama guru BK



Bersama guru BK menjumpai orang tua murid


Diskusi dengan rekan gurudan wali kelas untuk mengambil keputusan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Modul 2.1.a.6 Pembelajaran Berdiferensiasi